DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
(DUCTILITY OF
BITUMINOUS MATERIALS)
A. PENDAHULUAN
Sifat
reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap retak
dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktilitas yang
rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan
mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki
daktilitas yang tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara
mengukur jarak terpanjak yang dapat terbentuk dari bahan bitumen pada 2 cetakan
kuningan, akibat penarikan dengan mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut
putus. Pemeriksaan ini dilakukan pada suhu 25±0.5°C dan dengan kecepatan tarik
mesin 50 mm per menit (dengan toleransi ± 5%).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui salah satu sifat mekanik bahan bitumen yaitu kekenyalan yang diwujudkan
dalam bentuk kemampuannya untuk ditarik yang memenuhi syarat jarak tertentu
(dalam pemeriksaan ini adalah 100 cm) tanpa putus. Apabila bahan bitumen tidak
putus setelah melewat jarak 100 cm, maka dianggap bahan ini memiliki sifat
daktilitas yang tinggi.
Mesin uji biasanya mempunyai alat ukur
sampai dengan 100 cm. Hal yang sering terjadi dalam pemeriksaaan daktilitas
adalah bahwa jarak penarikan sampel umumnya selalu diatas 100 cm yang
menunjukkan bahwa sampel ini mempunya daktilitas tinggi. Permasalahan yang
timbul adalah akibat keterbatasan mesin uji dalam mengukur jarak putus sampel,
kita tidak mengetahui seberapa besar daktilitas yang dimiliki benda uji. Oleh
karena itu, masih diperlukan jenis pemeriksaan lain yang dapat mengukur
daktilitas maksimum bahan bitumen yang melewati jarak 100 cm.
B. PROSEDUR
PENGUJIAN
Acuan pengujian yang umum digunakan adalah dari SK SNI M
18-1990F. yang mengadopsi dari AASHTO T 51-89 dan ASTM D 113-79.
1. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan untuk
pengujian daktilitas aspal yaitu sebagai berikut.
a.
Cetakan kuningan,
cetakan ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian yang disebut clip dengan sebuah
lubang pada bagian belakang dan bagian samping cetakan yang berfungsi sebagai
pengunci clip sebelum cetakan ini diuji. Pada saat pengujian, bagian samping
ini harus dilepas.
b.
Plat alas cetakan
c.
Bak perendam, isi 10
liter yang dapat mempertahankan suhu pemeriksaan dengan toleransi yang tidak
lebih dari 0,5° C dari suhu pemeriksaan dengan toleransi yang tidak lebih dari
0,5° C dari suhu pemeriksaan. Kedalaman air pada bak ini tidak boleh kurang
dari 100 mm dibawah permukaan air. Bak
tersebut diperlengkapi dengan plat dasar berlubang yang diletakkan 50 mm dari
dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji. Air di dalam bak perendam harus
bebas dari oli dan kotoran lain serta bebas dari bahan organic lain yang
mungkin tumbuh didalam bak.
d.
Thermometer dengan suhu
1100C.
e.
Mesin uji yang dapat
menjaga sampel terendam, tidak menimbulkan getaran selama pemeriksaan dan dapat
menari benda uji dengan kecepatan tetap.
f.
Alat pemanas, untuk
mencairkan bitumen keras.
g. Methyil
alcohol teknik dan sodium klorida teknik.
Sumber : Buku Pegangan Kuliah Semester 5
No comments:
Post a Comment