Friday, February 6, 2015

Pengujian Daktilitas

DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
(DUCTILITY OF BITUMINOUS MATERIALS)

A.  PENDAHULUAN
Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjak yang dapat terbentuk dari bahan bitumen pada 2 cetakan kuningan, akibat penarikan dengan mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus. Pemeriksaan ini dilakukan pada suhu 25±0.5°C dan dengan kecepatan tarik mesin 50 mm per menit (dengan toleransi ± 5%).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik bahan bitumen yaitu kekenyalan yang diwujudkan dalam bentuk kemampuannya untuk ditarik yang memenuhi syarat jarak tertentu (dalam pemeriksaan ini adalah 100 cm) tanpa putus. Apabila bahan bitumen tidak putus setelah melewat jarak 100 cm, maka dianggap bahan ini memiliki sifat daktilitas yang tinggi.
Mesin uji biasanya mempunyai alat ukur sampai dengan 100 cm. Hal yang sering terjadi dalam pemeriksaaan daktilitas adalah bahwa jarak penarikan sampel umumnya selalu diatas 100 cm yang menunjukkan bahwa sampel ini mempunya daktilitas tinggi. Permasalahan yang timbul adalah akibat keterbatasan mesin uji dalam mengukur jarak putus sampel, kita tidak mengetahui seberapa besar daktilitas yang dimiliki benda uji. Oleh karena itu, masih diperlukan jenis pemeriksaan lain yang dapat mengukur daktilitas maksimum bahan bitumen yang melewati jarak 100 cm.
B.  PROSEDUR PENGUJIAN
Acuan pengujian yang umum digunakan adalah dari SK SNI M 18-1990F. yang mengadopsi dari AASHTO T 51-89 dan ASTM D 113-79.
1.    Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan untuk pengujian daktilitas aspal yaitu sebagai berikut.
a.    Cetakan kuningan, cetakan ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian yang disebut clip dengan sebuah lubang pada bagian belakang dan bagian samping cetakan yang berfungsi sebagai pengunci clip sebelum cetakan ini diuji. Pada saat pengujian, bagian samping ini harus dilepas.
b.    Plat alas cetakan
c.    Bak perendam, isi 10 liter yang dapat mempertahankan suhu pemeriksaan dengan toleransi yang tidak lebih dari 0,5° C dari suhu pemeriksaan dengan toleransi yang tidak lebih dari 0,5° C dari suhu pemeriksaan. Kedalaman air pada bak ini tidak boleh kurang dari 100 mm  dibawah permukaan air. Bak tersebut diperlengkapi dengan plat dasar berlubang yang diletakkan 50 mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji. Air di dalam bak perendam harus bebas dari oli dan kotoran lain serta bebas dari bahan organic lain yang mungkin tumbuh didalam bak.
d.   Thermometer dengan suhu 1100C.
e.    Mesin uji yang dapat menjaga sampel terendam, tidak menimbulkan getaran selama pemeriksaan dan dapat menari benda uji dengan kecepatan tetap.
f.     Alat pemanas, untuk mencairkan bitumen keras.

g.    Methyil alcohol teknik dan sodium klorida teknik.

Sumber : Buku Pegangan Kuliah Semester 5

No comments:

Post a Comment